Pengecut kamu, Nu! Mana Kinu
temanku yang gentle, yang selalu siap sedia mempertanggung jawabkan
semua ucapannya. Sekarang yang ada cuma Kinu yang pengecut!”
Apanya
yang aneh kalau seorang cowok tertarik sama cewek, wajar kan. Cuma
masalahnya yang membuat banyak orang gak abis pikir adalah si Kinu,
ternyata selera si Kinu bener-bener payah, semua menyayangkan kenapa
cowok sekeren Kinu tertarik sama cewek yang tergolong out of date macam
Elin?
“Samber gledek si Elin,” komentar Rara iri hati, cewek manis yang sudah lama jatuh hati sama Kinu.
“Amit-amit
deh, apa nggak salah pilih si Kinu, kena pelet kali dia,” komentar Tia
pula, cewek yang juga udah lama menanti cinta Kinu, dan banyak lagi
gunjingan gak enak mereka yang penasaran sekaligus iri.
“Apanya si Elin sih yang menarik,” ketus yang lain lagi.
“Kacamatanya
kali,” cibir Mia, yang membuar suasana jadi gerrrr! Celaan itu “kena”,
soalnya kacamata Elin itu tebal banget kayak pantat botol.
Gitu deh,
soal Kinu yang akhirnya memilih Elin menjalar ke seantero sekolahan
dengan cepat, ditambah dengan bumbu bumbu gosip lainnya, berita itu jadi
topik yang terus jadi bahan pembicaraan. Sedangkan Kinu, si punya cinta
jadi kecut hatinya karena terus jadi bahan pembicaraan. Saat teman
temannya membicarakan cewek-cewek yang paling cakep satu sekolahan, Kinu
diam saja, dia tau, Elin itu tidak cantik, malah norak dan kuno, tapi
ntah kenapa Kinu lebih memilih Elin daripada yang lain.
“Seleramu itu
yang gimana sih, Nu. Kan ada Lorita, Widuri, Made, Rara, Tia, Mia,
mereka cantik-cantik, keren abis. Kamu nggak tertarik sama mereka?”
tanya Dodo, teman sebangku Kinu.
“Nggak,” jawab Kinu kalem.
“Seleramu
itu sebenarnya yang gimana sih?” tanya Bim pula sambil garuk-garuk
kepala. “Kalau aku jadi Kamu, udah habis tuh cewek-cewek aku jadikan
pacar.” Elin sebenarnya juga sangat menarik,”
jawab Kinu mengejutkan kedua temannya. Ya, siapa yang nggak kenal Elin,
bukan karena kecantikannya, tapi karena dia barang kuno satu satunya
milik sekolah mereka, bisik kedua teman Kinu sambil ketawa.
Kinu
memang tergolong alim, nggak memanfaatkan kepopulerannya, banyak cewek
yang ingin mendapat perhatian khusus darinya, tapi… beruntung banget si
Elin.
“Nu, yang bener nih…?” tanya Dodo masih nggak yakin.
“Bener,” jawab Kinu tegas. “Penampilannya menurutku nggak norak, tapi unik.”
Dodo
dan Bim ketawa lagi mendengar ucapan Kinu, kemudian mereka mencoba
menganggap itu hanya candaan Kinu saja, tapi dalam sekejap langsung
mereka sebar lewat SMS komentar Kinu tentang Elin itu, yang dalam
sekejap disebarkan lagi dari mulut ke mulut, membuat suasana makin
heboh, semua anak mencoba menanggapi kalau Elin itu unik di mata Kinu,
maka tambah ramai deh pergunjingan, yang ujung-ujungnya hanya karena
mereka iri dan gak rela si keren Kinu jatuh dalam pelukan si kuno
E-L-I-N.
Kinu kelabakan karena nggak nyangka akan begini jadinya. Di
mana-mana dia jadi bahan pembicaraan, berita flu burung yang mewabah aja
nggak ada apa-apanya dibandingkan berita Kinu dan Elin. Bagi Kinu,
semua itu gak ada masalah, tapi dia risau juga dengan perasaan Elin,
takut cewek itu nggak kuat, apalagi mulut teman-temannya makin kurang
ajar dan keterlaluan ngeledek Elin, bisa-bisa Elin tersinggung.
Kinu udah kenal baik sama Elin, cuma Kinu nggak tau Elin perasa apa nggak. Yang ditakutkan Kinu, Elin jadi tertekan.
Bagi
Kinu, Elin bukanlah cewek yang bodoh, juga bukan kuper, dia bisa
bergaul, wawasannya juga luas. Kinu betah ngobrol sama dia karena dia
banyak tau tentang musik, film, buku buku, sampe flu burung.
Elin
juga bukan cewek yang gampang ge-er, ini juga yang disukai Kinu, soalnya
Kinu sering ketemu cewek yang over kalau ngobrol sama dia. Maunya cari
perhatian melulu, ternyata pengetahuannya minim. Makanya penilaian Kinu
rendah sama teman-teman ceweknya yang laen.
Yang nggak kalah bikin
Kinu penasaran, Elin itu juga bukan anak orang miskin, bapaknya seorang
pengacara, ibunya karyawan bank. Kalau mau bokapnya pasti dengan gampang
membelikannya contact lens yang dapat menyimpan mata-nya. Atau
setidaknya, kan banyak bingkai kacamata model terbaru dan lensa yang
tipis, tapi berkemampuan maksimal yang bisa mempercantik penampilannya.Anehnya Elin masih saja setia dengan kacamata zaman baheula yang lensanya kayak pantat botol itu.
Belum
lagi model rambutnya yang nggak masuk hitungan potongan modern, semua
orang suka ngerumpiin rambut model shagy, rebonding, si Elin tetap aja
teguh mempertahankan rambut kepang dua.
Kinu jadi ingat
diskusi-diskusi yang sering mereka jalani di ruang OSIS, mereka memang
aktif berorganisasi, juga di klub fisika, karena itu mereka banyak punya
kesempatan untuk bertemu. Ini pula yang membuat Kinu jadi gelisah, dia
mulai was-was bertemu muka dengan Elin.
Dan ketakutannya itu terjadi
juga ketika Kinu lagi sendirian di ruang OSIS, tiba-tiba muncul sesosok
tubuh yang akhir-akhir ini selalu mebayangi hari-harinya, Elin! Kinu
jadi salting, serba salah.
“Apa maksud kamu membuat sensasi murahan itu, Nu?”
Kinu terdiam, dia gak bisa menerangkan apa yang telah terjadi.
“Pengecut
kamu, Nu! Mana Kinu temanku yang gentle, yang selalu siap sedia
mempertanggung jawabkan semua ucapannya. Sekarang yang ada cuma Kinu
yang pengecut!”
Kinu makin terdiam.
“Aku tau kamu banyak disukai
cewek cewek, nggak susah buat kamu memiliki satu di antara mereka, tapi
apa perlunya kamu bikin ulah yang memalukan begitu?”
Kinu tambah tercekat, tak berani dia memandang bola mata Elin di balik pantat bo….
“Dulu
aku bangga punya temen kayak kamu, kita cepat akrab. Kamu ganteng,
pintar, alim, gak pilih-pilih teman. Kita sering ngobrolin apa aja yang
menyenangkan, kita banyak punya kesamaan, sama sama belajar tentang
banyak hal….” Elin diam sejenak, mengambil napas.
“Terus terang, dari
dulu aku jarang ketemu sahabat sekeren kamu, karena itu aku bangga
banget jadi teman kamu, jadi teman bicara kamu, jadi teman ngobrol kamu
pulang sekolah, tapi sekarang kamu mulai berubah….”
Kinu mendongakkan
kepalanya sejenak, tertarik oleh kalimat Elin yang terakhir. Berubah?
Apanya yang berubah dalam diriku, pikir Kinu.
“Kamu mulai kelebihan mulut sekarang!” tegas Elin.
Kinu seperti dibanting, lalu perlahan Elin keluar ruangan.
Kinu menarik napas panjang….
Kinu merasa jatuh terhempas, K O.
anekayess
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar