Ellin bag :1

Pengecut kamu, Nu! Mana Kinu temanku yang gentle, yang selalu siap sedia mempertanggung jawabkan semua ucapannya. Sekarang yang ada cuma Kinu yang pengecut!”

Apanya yang aneh kalau seorang cowok tertarik sama cewek, wajar kan. Cuma masalahnya yang membuat banyak orang gak abis pikir adalah si Kinu, ternyata selera si Kinu bener-bener payah, semua menyayangkan kenapa cowok sekeren Kinu tertarik sama cewek yang tergolong out of date macam Elin?
“Samber gledek si Elin,” komentar Rara iri hati, cewek manis yang sudah lama jatuh hati sama Kinu.
“Amit-amit deh, apa nggak salah pilih si Kinu, kena pelet kali dia,” komentar Tia pula, cewek yang juga udah lama menanti cinta Kinu, dan banyak lagi gunjingan gak enak mereka yang penasaran sekaligus iri.
“Apanya si Elin sih yang menarik,” ketus yang lain lagi.
“Kacamatanya kali,” cibir Mia, yang membuar suasana jadi gerrrr! Celaan itu “kena”, soalnya kacamata Elin itu tebal banget kayak pantat botol.
Gitu deh, soal Kinu yang akhirnya memilih Elin menjalar ke seantero sekolahan dengan cepat, ditambah dengan bumbu bumbu gosip lainnya, berita itu jadi topik yang terus jadi bahan pembicaraan. Sedangkan Kinu, si punya cinta jadi kecut hatinya karena terus jadi bahan pembicaraan. Saat teman temannya membicarakan cewek-cewek yang paling cakep satu sekolahan, Kinu diam saja, dia tau, Elin itu tidak cantik, malah norak dan kuno, tapi ntah kenapa Kinu lebih memilih Elin daripada yang lain.
“Seleramu itu yang gimana sih, Nu. Kan ada Lorita, Widuri, Made, Rara, Tia, Mia, mereka cantik-cantik, keren abis. Kamu nggak tertarik sama mereka?” tanya Dodo, teman sebangku Kinu.
“Nggak,” jawab Kinu kalem.
“Seleramu itu sebenarnya yang gimana sih?” tanya Bim pula sambil garuk-garuk kepala. “Kalau aku jadi Kamu, udah habis tuh cewek-cewek aku jadikan pacar.”
Elin sebenarnya juga sangat menarik,” jawab Kinu mengejutkan kedua temannya. Ya, siapa yang nggak kenal Elin, bukan karena kecantikannya, tapi karena dia barang kuno satu satunya milik sekolah mereka, bisik kedua teman Kinu sambil ketawa.
Kinu memang tergolong alim, nggak memanfaatkan kepopulerannya, banyak cewek yang ingin mendapat perhatian khusus darinya, tapi… beruntung banget si Elin.
“Nu, yang bener nih…?” tanya Dodo masih nggak yakin.
“Bener,” jawab Kinu tegas. “Penampilannya menurutku nggak norak, tapi unik.”
Dodo dan Bim ketawa lagi mendengar ucapan Kinu, kemudian mereka mencoba menganggap itu hanya candaan Kinu saja, tapi dalam sekejap langsung mereka sebar lewat SMS komentar Kinu tentang Elin itu, yang dalam sekejap disebarkan lagi dari mulut ke mulut, membuat suasana makin heboh, semua anak mencoba menanggapi kalau Elin itu unik di mata Kinu, maka tambah ramai deh pergunjingan, yang ujung-ujungnya hanya karena mereka iri dan gak rela si keren Kinu jatuh dalam pelukan si kuno E-L-I-N.
Kinu kelabakan karena nggak nyangka akan begini jadinya. Di mana-mana dia jadi bahan pembicaraan, berita flu burung yang mewabah aja nggak ada apa-apanya dibandingkan berita Kinu dan Elin. Bagi Kinu, semua itu gak ada masalah, tapi dia risau juga dengan perasaan Elin, takut cewek itu nggak kuat, apalagi mulut teman-temannya makin kurang ajar dan keterlaluan ngeledek Elin, bisa-bisa Elin tersinggung.
Kinu udah kenal baik sama Elin, cuma Kinu nggak tau Elin perasa apa nggak. Yang ditakutkan Kinu, Elin jadi tertekan.
Bagi Kinu, Elin bukanlah cewek yang bodoh, juga bukan kuper, dia bisa bergaul, wawasannya juga luas. Kinu betah ngobrol sama dia karena dia banyak tau tentang musik, film, buku buku, sampe flu burung.
Elin juga bukan cewek yang gampang ge-er, ini juga yang disukai Kinu, soalnya Kinu sering ketemu cewek yang over kalau ngobrol sama dia. Maunya cari perhatian melulu, ternyata pengetahuannya minim. Makanya penilaian Kinu rendah sama teman-teman ceweknya yang laen.
Yang nggak kalah bikin Kinu penasaran, Elin itu juga bukan anak orang miskin, bapaknya seorang pengacara, ibunya karyawan bank. Kalau mau bokapnya pasti dengan gampang membelikannya contact lens yang dapat menyimpan mata-nya. Atau setidaknya, kan banyak bingkai kacamata model terbaru dan lensa yang tipis, tapi berkemampuan maksimal yang bisa mempercantik penampilannya.
Anehnya Elin masih saja setia dengan kacamata zaman baheula yang lensanya kayak pantat botol itu.
Belum lagi model rambutnya yang nggak masuk hitungan potongan modern, semua orang suka ngerumpiin rambut model shagy, rebonding, si Elin tetap aja teguh mempertahankan rambut kepang dua.
Kinu jadi ingat diskusi-diskusi yang sering mereka jalani di ruang OSIS, mereka memang aktif berorganisasi, juga di klub fisika, karena itu mereka banyak punya kesempatan untuk bertemu. Ini pula yang membuat Kinu jadi gelisah, dia mulai was-was bertemu muka dengan Elin.
Dan ketakutannya itu terjadi juga ketika Kinu lagi sendirian di ruang OSIS, tiba-tiba muncul sesosok tubuh yang akhir-akhir ini selalu mebayangi hari-harinya, Elin! Kinu jadi salting, serba salah.
“Apa maksud kamu membuat sensasi murahan itu, Nu?”
Kinu terdiam, dia gak bisa menerangkan apa yang telah terjadi.
“Pengecut kamu, Nu! Mana Kinu temanku yang gentle, yang selalu siap sedia mempertanggung jawabkan semua ucapannya. Sekarang yang ada cuma Kinu yang pengecut!”
Kinu makin terdiam.
“Aku tau kamu banyak disukai cewek cewek, nggak susah buat kamu memiliki satu di antara mereka, tapi apa perlunya kamu bikin ulah yang memalukan begitu?”
Kinu tambah tercekat, tak berani dia memandang bola mata Elin di balik pantat bo….
“Dulu aku bangga punya temen kayak kamu, kita cepat akrab. Kamu ganteng, pintar, alim, gak pilih-pilih teman. Kita sering ngobrolin apa aja yang menyenangkan, kita banyak punya kesamaan, sama sama belajar tentang banyak hal….” Elin diam sejenak, mengambil napas.
“Terus terang, dari dulu aku jarang ketemu sahabat sekeren kamu, karena itu aku bangga banget jadi teman kamu, jadi teman bicara kamu, jadi teman ngobrol kamu pulang sekolah, tapi sekarang kamu mulai berubah….”
Kinu mendongakkan kepalanya sejenak, tertarik oleh kalimat Elin yang terakhir. Berubah? Apanya yang berubah dalam diriku, pikir Kinu.
“Kamu mulai kelebihan mulut sekarang!” tegas Elin.
Kinu seperti dibanting, lalu perlahan Elin keluar ruangan.
Kinu menarik napas panjang….
Kinu merasa jatuh terhempas, K O. 



anekayess

0 komentar:

Posting Komentar