Buat Anda
para perokok, sopir angkot yang sedang mengemudi maupun anggota
legislatif yang sedang melobi, sesekali-sekali sambil menghirup aroma
kejantanan serta keberanian yang ditawarkan produsen rokok Anda,
bayangkanlah apa yang terjadi di dalam tubuh Anda.
Bagi para pecinta rokok, efek menyenangkan seperti perasaaan tenteram
dan lebih bisa konsentrasi sangat diharapkan dari setiap hisapan
bakaran batang rokok. Kita semua sekarang tahu, efek ini disebabkan oleh
senyawa kimia jenis alkaloid bernama nikotin. Senyawa alkaloid umum
terdapat pada seluruh daun tumbuhan, hanya saja nikotin memang banyak
terdapat pada tembakau. Makanya tidak ada ceritanya orang merokok dengan
daun pisang atau daun singkong, sudah pasti pakai daun tembakau.
Bersama hisapan asap rokok, nikotin yang menjadi gas itu masuk ke
paru-paru penghirupnya dan hanya dalam waktu tiga detik sudah sampai ke
otak. Bukan karena nikotin hebat sehingga bisa demikian cepat, tapi
karena paru-paru adalah tempat gas oksigen yang penting untuk hidup,
diserap oleh tubuh melalui darah. Otak bagaikan mesin yang harus hidup
terus dengan suplai bensin, sehingga oksigen termasuk gas-gas lain
seperti nikotin segera dikirim ke otak lewat aliran darah. Apa yang
terjadi selanjutnya di dalam otak sehingga “si kecil” nikotin bisa
membuat “perbedaan besar” berupa rangsangan-rangsangan kenikmatan?
Sel syaraf dalam otak dipenuhi berbagai protein bernama reseptor yang
mengenali bermacam sinyal yang masuk ke dalam otak. Salah satu protein
reseptor ini adalah nicotine acetylcholine receptor, disingkat nAChR.
Protein ini aslinya hanya mengenali sinyal yang secara alamiah sudah
ada dalam otak kita yaitu acetylcholine. Protein nAChR seperti pintu
jalan tol yang terbuka sehingga mobil bisa lewat kalau pengemudi
mengambil kartu pas. Protein ini membuka “pintunya” sehingga ion-ion
bermuatan positif seperti kalsium bisa masuk ke dalam sel syaraf yang
akhirnya melahirkan rangsangan-rangsangan fisiologis di atas, bila
berikatan dengan acetylcholine. Rupanya nikotin dapat pula menjadi
sinyal pembuka protein nAChR ini.
Seperti pintu yang memiliki engsel, daun dan komponen lainnya,
protein nAChR juga terdiri dari 5 komponen protein yang disebut subunit
yaitu subunit alfa dan subunit beta. Sampai saat ini, diketahui ada 12
jenis subunit yaitu alfa 2,3, ・0 dan beta 2, 3 dan 4. Dengan kombinasi
12 komponen itu, bermacam nAChR dapat dibentuk dengan berbagai sifat
berbeda. Kalau bukan karena pentingnya urusan rokok-merokok ・kabarnya
orang terkaya Indonesia adalah pengusaha rokok ・para doktor dan dokter
dengan bermacam ilmu modern yang sulit dan rumit dari berbagai penjuru
dunia, akhirnya bisa menentukan subunit mana yang dipengaruhi oleh
nikotin. Kesimpulannya protein nAChR yang dibentuk dari subunit alfa 4
dan beta 2-lah yang paling peka terhadap sinyal nikotin.
Gambar. Ilustrasi protein nAChR (Sumber Science 5 November 2004, hal.983)
Bagaimana membuktikannya?
Pertama dibuat percobaan dengan tikus yang telah “dimatikan” ・bahasa
ilmiahnya di-KO ・gen subunit beta 2-nya. Membuat “tikus KO” tidaklah
mudah. Teknologinya sudah dipatenkan tahun 1980-an tapi di Indonesia
belum ada yang bisa melakukannya sampai sekarang. Hanya dengan cara
sulit seperti inilah orang-orang pintar yang tidak merokok (kebanyakan
peneliti Barat tidak merokok) itu bisa yakin kalau tanpa komponen ini,
si tikus jadi tidak peka lagi terhadap nikotin. Hasil penelitian ini
dilaporkan tahun 1998 oleh Picclotto dkk. Dalam percobaan jangan
dibayangkan, tikus itu sepandai Micky Mouse sehingga dapat menghisap
rokok sendiri, tapi nikotin disuntikkan ke dalam tubuhnya.
Supaya lebih lengkap dan mantap, pembuktian komponen subunit alfa 4
dilakukan dengan cara berbeda yaitu bukan “dilemahkan” tapi lawannya
yaitu dibuat “lebih ganas”. Peneliti lain, Tapper dkk tanggal 5 November
lalu menyampaikan hasil pekerjaannya dengan tikus yang subunit alfa
4-nya telah dirubah salah satu asam amino penyusunnya yaitu Leucine no.4
menjadi Alanine. Apa yang terjadi? Tikus hasil mutasi itu 40 kali
lebih peka terhadap nikotin daripada yang normal. Jadi nikotin yang
menyelinap lewat jalan gas oksida sampai ke otak, dengan pintar akan
memilih hanya protein nAChR dengan komponen subunit alfa 4 dan beta 2.
Selesaikah penelitian protein perokok dengan temuan baru ini? Rupanya
belum. Para perokok sadar benar, rangsangan bau rokok sungguh berbeda
tiap orang. Rupanya protein nAChR termasuk yang banyak terdapat mutasi
secara alami. Suku mana suka rokok kretek yang berat dan suku mana yang
demen rokok eksekutif yang ringan, perlu dibuktikan sampai jelas oleh
para ilmuwan. Jangan-jangan orang yang sudah cukup merokok sebatang
dengan yang perlu sebungkus sehari, berbeda protein nAChR-nya.
Buat para perokok, sembari menunggu 3 detik isapan nikotin sampai ke
otak Anda, sesekali resapi juga ilmu protein perokok ini. Ingat rokok,
ingat nikotin. Ingat nikotin, ingat protein nAChR.
[beritaiptek.com]
0 komentar:
Posting Komentar